Bisnis Online Website Travel di Indonesia

Layanan Travel yang baru terpenui secara Bisnis Online di Indonesia Baru Tergarap 12%, hal ini tentu menjadi sebuah pertanyaan kenapa bisa demikian? Bisnis online travel agent (OTA) belakangan memang mulai menggeliat di Indonesia, namun sayangnya belum tergarap sepenuhnya. Faktor minimnya edukasi masyarakat dan internet menjadi salah satu kendala. Arnold Sebastian Egg, pendiri salah satu online travel agent di Indonesia, happyholiday.travel, mengakui pengguna jasa OTA di Indonesia masih sangat minim dan baru tergarap sekitar 12% saja. Khususnya jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah lebih dulu melek internet.

“Di Indonesia baru sekitar 12%, padahal potensi pengguna OTA di Indonesia sangat besar. Bandingkan dengan negara lain seperti di Inggris yang sudah mencapai 78%, mereka menggunakan OTA untuk aktivitas booking dan travelling,” tutur Arno, panggilan akrabnya kepada detikINET melalui email, Minggu (27/10/2013). Meski pengguna jasa OTA masih minim di Indonesia, namun Arno meyakinkan tren pertumbuhannya cukup positif. Masyarakat yang hobi travelling pun diakui mulai banyak yang menyadari kemudahan booking online tanpa perlu repot-repot melakukan pemesanan via agen offline. “Lewat internet, masyarakat sebenarnya bisa langsung menentukan pilihan hotel dan aktivitas liburan yang sesuai dengan budget mereka, karena bisa mengecek dan langsung booking online lewat OTA seperti yang kami lakukan di Happyholiday,” katanya.

Happyholiday.travel sendiri termasuk satu di antara sejumlah agen travel dunia maya dari Indonesia. Meski umurnya baru setahun, namun OTA ini mengklaim sudah menjalin lebih dari 150 ribu hotel di seluruh dunia. Untuk memperkuat pasar OTA di Indonesia, Happyholiday juga mencanangkan program traveller murah. “Misalnya, dengan memberikan program diskon khusus sekitar 70%-80% untuk booking hotel. Bukan dari harga publish rate tapi langsung dari best rate. Plus transparansi rate yang bisa diyakinkan sesuai dengan yang dikeluarkan hingga check in,” kata Arno.

“Hal ini berbeda dengan pemain OTA lainnya yang memajang rate di depan, namun saat check in, bookers atau pemesan hotel masih harus membayar lebih untuk hal-hal lain. Sehingga tidak terjadi kesesuaian rate. Alhasil, bookers pun harus mengeluarkan budget lagi,” ujarnya lebih lanjut. Selain masalah soal booking hotel, keluhan yang biasanya disuarakan oleh para pengguna jasa OTA lainnya adalah minimnya ketersediaan booking pesawat murah. Seperti dilansir dari situs Travel Daily, 60% dari online travel agent yang ada di Asia tak menyediakan kemudahan akses pemesanan tiket pesawat LCC (low-cost carrier). [Ref: Detik Bisnis]

You might also like